Langsung ke konten utama

Guru Honorer dan Nasib yang Tidak Pasti

BANJARMASIN, PUBLISISTIK PUSTAKA 7- Guru honerer adalah sebutan yang akrab kita dengar di berbagai jenjang sekolah. Hampir setiap sekolah di berbagai daerah memiliki guru honerer yang mengajar. Kendati demikian, menjadi guru honerer tidaklah mudah. Mengabdi dengan gaji yang tak pasti sudah menjadi makanan sehari-hari. Pengalaman sebagai guru honorer dibagikan oleh Rista Dwi Anggawati.

       Rista Dwi Anggawati menjadi guru honorer sejak tahun 2012 hingga 2022 dan baru-baru ini berhasil diangkat menjadi ASN PPPK yang bertepatan pada tahun kesepuluh ia mengabdi sebagai tenaga pengajar. Rista untuk pertama kalinya mengajar sebagai guru honorer di SMK Negeri 1 Matapura. Rista kemudian pindah mengajar ke SMA Negeri 1 Martapura dan kini ditempatkan di SMA Negeri 1 Banjarbaru setelah berhasil lulus menjadi guru PPPK. Ia mengungkapkan banyak rekan sejawatnya yang masih menjadi tenaga honorer. Namun, tak sedikit juga yang telah diangkat menjadi PPPK berdasarkan faktor usia, lamannya mengajar, lamanya mengabdi, dan beberapa alasan lainnya. 

       Rista mengisahkan kesulitan yang dialami saat menjadi guru honorer. Kesulitan yang dirasakan menyangkut tak adanya pegangan yang pasti mengenai nasib ke depannya sehingga ia benar-benar bekerja dengan tulus. Kesulitan lain juga dialami ketika ASN dari mata pelajaran yang sama ditempatkan disekolah tempat guru honorer mengajar. Hal ini otomatis membuat jumlah waktu mengajar guru honorer akan dikurangi dalam mata pelajaran tersebut. 

       "Tantangannya kita harus siap menjadi guru mata pelajaran lain. Contohnya seperti ibu, guru bahasa Indonesia bisa saja diberi tugas untuk menjadi guru seni budaya atau guru sejarah dan sebagainya. Sesuai dengan kebutuhan, kekurangan, dan ketersediaan waktu atau jam pelajaran yang ada di sekolah tersebut," ungkapnya.

       Hal inilah yang menimbulkan hadirnya rasa takut tentang bagaimana nasib ke depannya. Tak adanya payung hukum yang cukup kuat untuk berlindung sehingga guru honorer seolah-olah dalam tanda kutip dikorbankan untuk mengisi mata pelajaran yang tidak seharusnya diisi oleh guru tersebut. Namun, ia beruntung karena mengajar di sekolah yang ada di tengah kota dengan kualitas layanan sekolah memadai. 

       "Dari ketiga sekolah yang pernah dan saat ini sedang ibu tempati, alhamdulillah layanannya sudah sangat bagus — apa namanya, TU-nya. Kemudian sesuai dengan desk job-nya masing-masing. Jadi layanan TU dan guru pun sangat bekerja sama dengan baik," tuturnya.

       Gaji yang diterima saat menjadi guru honorer menurutnya relatif, cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun, bagi orang yang memiliki banyak kebutuhan hidup dan keluarga yang besar apalagi seorang kepala keluarga maka pendapatan dari honor tidak akan cukup. Ia hanya bisa mengungkapkan kata-kata orang banjar "Dicukup-cukupakan."

       Menanggapi berita terkait program tahun 2023 tentang tenaga honorer akan dihapus oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Ia mengungkapkan setuju dengan wacana tersebut dengan syarat para tenaga honorer statusnya dinaikkan menjadi ASN atau paling tidak PPPK. Di sisi lain, ia juga menyayangkan wacana itu karena menurutnya ada tenaga honorer yang sudah mengabdi hampir puluhan tahun dan jika seandainya program itu memang benar-benar dilaksanakan, besar harapannya akan ada program pengganti yang penerapannya berdasarkan pertimbangan yang bisa berpihak kepada honorer-honorer di Indonesia. Hal ini juga mempertimbangkan tenaga honorer yang pengabdiannya sudah cukup lama.

       "Nah itu harus dipikirkan masak-masak dulu. Kemudian, jangan ujug-ujug tiba-tiba dihapuskan kemudian tanpa memikirkan nasib mereka."

Keterangan:
Kelompok 7

Pimpinan Redaksi: 
Susiani Dwi Damayanti (2010116220029) 

Wartawan: 
Baiduri Nabillah (2010116120004) 
Proyekta Oktorina (2010116220005) 

Editor:
Amelia Putri Hidayat (2010116220028) 

Pengelola Situs:
Baiduri Nabillah (2010116120004)

Video rekaman suara wawancara dengan narasumber: 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernah Menjadi Duta PS-PBSI 2021, Dinda Ayu Nurkamila Bagikan Pengalamannya

BANJARMASIN, PUBLISISTIK PUSTAKA 7 —  P endaftaran pemilihan Duta PS-PBSI 2022 sudah mulai dibuka sejak 16 November 2022 lalu. Pemilihan ini dapat diikuti oleh mahasiswa aktif PS-PBSI angkatan 2020 dan 2021. Sederet ketentuan bagi peserta juga telah dilampirkan dalam poster pendaftaran tersebut. Namun, berbicara soal Duta PS-PBSI, tidak lengkap rasanya apabila tidak mengulik pengalaman dan pendapat Duta PS-PBSI 2021 tentang pemilihan duta kali ini. Dinda Ayu Nurkamila merupakan Duta PS-PBSI 2021 yang berasal dari kelas A-2, angkatan 2020. Dinda meraih gelar Duta PS-PBSI 2021 setelah berhasil melalui serangkaian tes dan tahapan yang diadakan. Berikut wawancara eksklusif kelompok 7 bersama Dinda Ayu Nurkamila: Persiapan apa saja yang Anda lakukan sebelum mengikuti pemilihan duta pada saat itu, dan bagaimana cara Anda mempersiapkannya? Persiapan yang saya lakukan sebelum mengikuti pemilihan duta, yakni saya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan k...